Kisah Petani yang Ditindas dan Melawan, Film Dokumenter Silat Tani Kini Hadir di Pemalang

- Senin, 31 Oktober 2022 | 12:08 WIB
Kisah Petani yang Ditindas dan Melawan, Film Dokumenter Silat Tani Kini Hadir di Pemalang (Suarapantura.com)
Kisah Petani yang Ditindas dan Melawan, Film Dokumenter Silat Tani Kini Hadir di Pemalang (Suarapantura.com)

SuaraPantura.com - Pemutaran Film dokumenter berjudul Silat Tani kini Hadir di Pemalang.

Acara nobar bernuansa "Lajar Tandjep"  ini dipandegani oleh komunitas pegiat seni dan aktivis Jawa Tengah, BLAKASUTA.

Nobar akan diselenggarakan di Padepokan Lintang Kemukus, Paduraksa Pemalang pada Sabtu, 5 Nopember 2022.

Baca Juga: Pimred Suara Pantura Jadi Narasumber Diskusi Film Silat Tani di Pemalang

Hadir Pimpinan Redaksi Suara Pantura, Desky Danu Aji menjadi narasumber dalam diskusi film Silat Tani di Pemalang.

Pimred Suara Pantura itu akan menyampaikan beberapa paparan terkait pengalamannya sebagai jurnalis di beberapa investigasi berkenaan dengan lingkungan hidup dan pertanian di wilayah sekitar.

Selain itu, dalam acara tersebut juga akan diisi dengan perform dari Che Revo and Friend, Andi Rustono dari Padepokan Lintang Kemukus, Iwang Nirwana dan Nursidik Senksonk yang merupakan budayawan lajang asal Tegal.

Film Silat Tani merupakan  karya dokumenter dari tim Ekspedisi Indonesia Baru.

Dandhy Dwi Laksono, Farid Gaban, Yusuf Priambodo, dan Benaya Ryamizard Harobu berkeliling Indonesia dengan sepeda motor. Perjalanan bermula dari Wonosobo, Jawa Tengah, 1 Juli 2022.

Baca Juga: UMK Pemalang 2023 atau UMR Pemalang 2023. Berapa UMR Pemalang 2024 atau UMK Pemalang 2024?

Ekspedisi macam ini bukan hal baru bagi dua jurnalis senior: Dandhy dan Farid. 2009, Farid telah melakukan perjalanan serupa bertajuk Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa bersama Ahmad Yunus. 2015, Dandhy melakukannya dengan Suparta Abdul Razak, jurnalis asal Geumpang, Aceh.

Kisah Jon Ali membuka alur Silat Tani. Ia mantan jurnalis di Jakarta yang pulang kampung ke Kelurahan, Desa Kadipaten, Kecamatan Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah, setelah bersua Farid Gaban. Ali beralih menjadi petani setelah Farid Gaban, juga dari Wonosobo, meyakinkannya.

Penonton diajak mengikuti aktivitas Jon Ali dan Farid yang datang ke sejumlah penjual beras. Mereka membandingkan harga beras dengan varietas berbeda. Farid dan Jon Ali menemukan beras yang dijual murah di pasar karena harganya ditekan agar tidak inflasi: tapi sebenarnya yang ditekan adalah petani.

Rantai panjang distribusi dari gabah petani hingga menjadi beras di tangan konsumen juga merugikan petani dan menguntungkan tengkulak. Gabah di petani dibeli dengan harga murah tidak lebih dari Rp 4.500. Film ini menawarkan solusi: memangkas rantai itu sehingga petani bisa menjual langsung ke konsumen. Konsumen dapat harga murah, petani untung.

Halaman:

Editor: Desky Danuaji

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X